Breaking News

Bau Anyir Politik Uang di Bireuen Mulai Terendus Ke Pelosok Desa, Modusnya Kumpulkan Data Pemilih..!

BIREUEN | Bau anyir politik uang dalam pesta demokrasi tahun 2024 ini sudah mulai tercium. Aroma praktik lansung pemilu itu bakal kembali dimainkan terendus dari adanya gerakan tim sukses dari salah satu Paslon Bupati dan wakil Bupati yang terus gerilya pendataan hingga inventarisasi pemilih dengan iming-iming sesuatu dihari H.

”Sudah mulai ada yang datang ke rumah mengajak untuk jadi bagian dari tim sukses, serta mengambil data,” kata salah satu warga Bireuen yang tidak ingin disebutkan namanya kepada media, Kamis 17 Oktober 2024.

Saat dikonfirmasi media bersama warga tersebut, menuturkan, cara itu dilakukan dengan pendekatan langsung lintas warga desa, dan ada juga lintas jalur keluarga. Orang yang mengaku tim sukses itu mengajak untuk menjadi tim pemenangan dalam Pemilu 2024. ”Yang pertama ini masih penjajakan. Dibawa untuk mencari data yang pasti, terlebih harapannya dari anggota keluarga yang kira-kira bisa dipastikannya. Selanjutnya dibina sampai hari pencoblosan,” katanya.

Catatan asumsipublik.id, pola perekrutan demikian terjadi sebagaimana langkah dalam Pemilu sebelumnya. Modus ini diduga digunakan untuk menyebarkan politik uang dengan data pasti. Setiap tim sukses akan melakukan perekrutan terhadap  pemilih, bahkan menggunakan sistem jaringan yang pasti.

Nah disini, warga yang hendak datang seorang timses tersebut, merasa khawatir terhadap pemilu kali ini kembali terulang sebagaimana sebelumnya, merasa cemas, apalagi terjadi perekrutan pengumpulan data pemilih, itu ujung-ujungnya nanti bisa diduga untuk politik uang. 

Kalau ini terjadi lagi dipilkada 2024 ini dibireuen, bagaimana nasib Bireuen kedepan, tanya warga tersebut yang tidak mau datanya untuk dikumpulkan kesalahan satu paslon. Hal tersebut menjadi tantangan besar penyelenggaraan pemilu selama ini. Salah satu indikatornya, karena impitan ekonomi, sehingga akan menjadi ruang terjadinya politik uang.

Menurutnya, pemilih rasional cenderung sedikit dalam pemilu. Pasalnya, pendidikan politik masih tidak maksimal dilakukan. Tingkat kecerdasan pemilih memang meningkat, namun masih banyak persoalan kesejahteraan yang jadi objek pelaku politik uang.

Selain itu, lanjutnya, pemilih generasi muda yang jumlahnya hampir 30 persen pun belum jaminan bisa jadi generasi yang terbebas dari politik uang. Karena itu, dalam pengawasan pemilu, panwaslu harus lebih maksimal lagi. Persoalan lain, panwaslu dan aparat lainnya belum mampu menjangkau wilayah transaksi politik uang yang begitu masifnya.

Jadi, politik uang ini ada peristiwanya, tetapi sulit untuk diungkapkan. Ini jadi pekerjaan rumah besar bagi panwaslu di pilkada tahun 2024 ini,” katanya. Menurutnya, akibat politik uang, pemimpin yang muncul sangat meragukan, karena belum tentu sesuai aspirasi rakyat. Tidak jarang produk politik uang melahirkan oknum pejabat yang cenderung mengabaikan kepentingan orang banyak hingga aspirasi publik dalam berbagai bidang.

Sumber/Editor : Redaksi (Ir)

© Copyright 2022 - Asumsi Publik - Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini