Hadi Irfandi, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh._
Oh, Banyak...!
____Namun sebelum kita sama sama merangkak ke jawaban inti, penting untuk disadari bahwa masyarakat yang tidak peduli politik adalah masyarakat yang merelakan masa depannya. Sehingga mengabaikan politik sama dengan menyerahkan nasib pada orang lain. Apakah kita akan membiarkan keputusan penting diambil tanpa suara kita ?
Dr. Ja'far Ahmad dalam bukunya Ilmu Politik Praktis : dari teori ke implementasi, meletakkan jawaban terkait apa saja hal yang harus diketahui masyarakat terkait politik pada Bab 1. Artinya sesuatu dalam Bab pertama dapat menjadi benefit atau justru fondasi utama yang harus kamu ketahui sebelum lebih dalam menyelami dunia politik.
Daripada semakin mengulur waktu, mari kita kupas satu persatu.
• Politik dan Kelangkaan Sumber Daya
Kita sering berpikir bahwa korupsi, kolusi, atau penyalahgunaan kekuasaan adalah hal yang salah dalam politik. Tapi, apakah benar politik bisa berjalan dengan "bersih"? Atau apakah kita hanya berkhayal kalau sistem politik yang ada sekarang bisa mencapai keadilan tanpa celah? Ketika sumber daya terbatas dan semua orang berebut, jelas kompetisi akan jadi brutal, dan di sinilah kejahatan muncul. Kalau dipikir-pikir, siapa yang bisa bilang kalau politik bisa berlangsung tanpa ada yang menyalahgunakan kekuasaan ?
Mungkin cuma orang yang terlalu optimis.
Ironinya, meski kita sering mengutuk kejahatan politik, kita tetap bergantung pada sistem yang cacat ini. Kalau politik adalah tentang mengelola sumber daya yang terbatas, maka kejahatan politik adalah sesuatu yang akan terus ada selama manusia masih terjebak dengan sifat serakah dan dunia yang penuh keterbatasan.
Yang kita bicarakan ini bukan cuma soal minyak, tanah, atau air. Dalam politik, sumber daya lain seperti informasi, koneksi, dan jaringan orang-orang penting juga terbatas. Para politisi berlomba-lomba untuk menguasai semua itu. Ketika persaingan semakin ketat, siapa pun, baik individu maupun kelompok, akan melakukan segala cara untuk menang, meski itu artinya melanggar aturan atau etika.
• Hasrat dan Penyalahgunaan Kekuasaan
Saya tidak akan berbicara tentang hasrat secara detail dan menyeluruh disini namun hanya mencakup hasrat seseorang terhadap kekuasaan sehingga terjadi penyalahgunaan.
Dalam masyarakat modern, hasrat untuk memenuhi kebutuhan materi menjadi pendorong utama bagi banyak individu. Namun, di balik keinginan tersebut, ada jalan pintas yang sering kali diambil, yaitu melalui kekuasaan. Kekuasaan bukan hanya sekadar alat, melainkan sebuah jalan yang membuka akses untuk menguasai sumber daya secara maksimal. Ini adalah realitas yang seringkali diabaikan, tetapi sangat mempengaruhi dinamika sosial dan ekonomi kita.
Kekuasaan memberi individu wewenang yang besar, dan dari sinilah semua masalah dimulai. Dengan kekuasaan, seseorang dapat menciptakan kebijakan yang tidak hanya menguntungkan masyarakat, tetapi juga diri sendiri.
Melalui wewenang, seseorang bisa mengumpulkan sumber daya tanpa harus melalui proses yang adil atau transparan. Sementara itu, masyarakat luas hanya bisa menyaksikan ketidakadilan ini terjadi, terjebak dalam sistem yang mengutamakan kepentingan individu yang berkuasa.
Dan inilah masalah utama : ketika kekuasaan tidak diimbangi dengan tanggung jawab, ia menjadi alat yang merusak.
Dalam dunia yang ideal, kekuasaan seharusnya digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk menguntungkan segelintir orang. Namun, selama kita terus membiarkan praktik-praktik seperti ini terjadi, kita tidak akan pernah bisa mencapai keadilan dan kesejahteraan yang hakiki. Keputusan kita untuk memperbaiki sistem ini adalah langkah penting untuk masa depan yang lebih adil dan merata.
Namun dalam banyak kasus, kekuasaan itu sendiri menjadi kebutuhan yang lebih penting daripada mencari keadilan atau kebaikan bersama.
• Mengontrol Kekuasaan
Kita harus menyadari bahwa kekuasaan, ketika tidak diawasi, bisa bertransformasi menjadi tirani. Banyak negara di seluruh dunia yang telah merasakan dampak negatif dari pemimpin yang terlalu lama berkuasa, seperti penghilangan oposisi, pengendalian media, dan pengabaian hak asasi manusia. Dengan membatasi masa jabatan presiden, kita memberikan ruang bagi regenerasi kepemimpinan yang segar, ide-ide baru, dan pendekatan yang lebih baik terhadap permasalahan bangsa. Ini adalah cara yang efektif untuk memastikan bahwa kekuasaan tidak terpusat pada satu individu, melainkan didistribusikan kepada berbagai pemimpin yang berpotensi membawa perubahan positif.
Selain itu, kesadaran akan pentingnya pengawasan ini membawa dampak positif dalam meningkatkan partisipasi politik. Ketika kita tahu bahwa kekuasaan itu dibatasi, kita lebih terdorong untuk terlibat dalam pemilihan umum, protes, atau bahkan diskusi di media sosial. Ini semua adalah bentuk pengawasan yang sangat berarti. Masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam politik adalah masyarakat yang lebih kuat dan lebih mampu menjaga hak-haknya.
Tentu, tidak ada sistem yang sempurna. Masih akan ada pemimpin yang mencoba melampaui batasan yang ada. Namun, dengan membangun kesadaran akan pentingnya pengawasan, kita menciptakan front yang lebih kuat untuk melawan potensi penyalahgunaan kekuasaan. Dengan membiasakan diri untuk mengawasi dan meminta pertanggungjawaban, kita menegaskan bahwa suara kita penting dan tidak bisa diabaikan.
Editor : Redaksi (Ir)
Social Header