Riski Maulizar, Ketua Umum Gerakan Aneuk Muda Sosial (GAMS). |
BANDA ACEH - Pekan lalu Anies Rasyied Baswedan tiba di Provinsi Aceh dalam Rangka Silaturahmi yang di gagas oleh partai Nasional Demokrasi (NasDem) dan Relawan, Pada Jum'at (02/12/2022).
Kehadirannya membuat banyak masyarakat Aceh terhipnotis dengan pesona kharismatik yang di milikinya sehingga kehadirannya di Nanggroe Aceh Darussalam tersebut di sambut hangat dan meriah oleh ribuan simpatisan relawan dan juga lapisan masyarakat Aceh,
Dalam agenda kunjungannya di Aceh itu mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut melangsungkan shalat Jum'at di mesjid kebanggaan masyarakat Aceh yaitu mesjid Raya Baiturrahman, siapa sangka kehadirannya ke lokasi itu telah di tunggu tunggu oleh penggemarnya yang ingin melihat sosok Anies Rasyid Baswedan secara langsung dan tak sedikitnya masyarakat yang ingin mendokumentasikan momentum yang istimewa tersebut sebagai bentuk kegembiraan dan kebanggaan.
Namun dibalik itu, banyak kontroversial yang terjadi di lapangan semasa Bakal Calon Presiden pentolan NasDem ini beranjak dan tiba di Aceh, dari mulai pencabutan izin lokasi acara jalan Santai oleh Disbudpar Aceh yang diduga dengan alasan tidak logis, penyebaran spanduk fiktif yang membenturkan partai Nasdem dengan partai lokal yang ada di Aceh, demo oknum atas penolakan kedatangan Anies, pembagian kupon sembako oleh pihak yang tidak bertanggung jawab hingga pelemparan telur busuk di area kantor NasDem dan lapangan sepak Bola Pango yang di jadikan sebagai lokasi Acara puncak jalan santai pada hari Sabtu 3 Desember 2022.
Terakhir pelaporan Anies Baswedan ke Bawaslu oleh sekelompok Aliansi Pemuda Cinta Demokrasi (APCD) yang menuding Anies menggunakan mesjid sebagai sarana politik dan curi Start untuk berkampanye atas pencalonan dirinya untuk pemilu presiden 2024.
Dari berbagai serangkaian persoalan itu beragam tanggapan dari elemen masyarakat pun ikut berkomentar memberi dukungan dan pembelaan terhadap Anies baswedan dalam menyikapi kejadian tersebut yang menganggap tindakan dari pada APCD itu terkesan amatlah lebay dan tidak memahami metode pemilu.
Hal itu di sampaikan oleh tokoh muda Aceh ketua Gerakan Aneuk Muda Sosial (GAMS) Riski Maulizar yang ikut prihatin terkait upaya oknum-oknum yang mencoba menjegal dan menggagalkan Anies bersilaturahmi dengan masyarakat Aceh dengan berbagai Agenda yang telah dipersiapkan oleh pihak panitia, Partai NasDem dan komponen Relawan semasa itu,
Di sampaikannya kepada media ini bahwa Riski mengganggap tindakan itu sangatlah lebay, "kita berada di negara demokrasi yang menjadikan UUD 1945 sebagai payung hukum tertinggi dalam berkehidupan bermasyarakat sebagaimana telah di atur pasal dan ayat secara menyeluruh termasuk dalam bab pemilu, bagaimana bisa di katakan menggunakan mesjid sebagai sarana kampanye dan mencuri start sedangkan Anies bukanlah calon presiden yang telah memiliki keabsahan oleh ketentuan KPU sehingga harus di laporkan ke BAWASLU dengan delik seperti itu, dan melihat realitas yang terjadi di lokasi pada hari Jumat tersebut juga sedikitpun tidak ada upaya Anies mempromosikan dirinya sebagai calon presiden, dia tidak berceramah dalam ruang ruang tertentu apalagi berkampanye, Anies hanya datang untuk melaksanakan ibadah shalat Jum'at sebaimana itu merupakan kewajiban nya sebagai umat muslim yang taat, namun yang terjadi adalah gema takbir dan shalawat oleh masyarakat serta sebutan sebutan presiden terhadap Anies, nah itupun tidak bisa kita bendung karna antusiasme yang tinggi dari masyarakat terhadapnya juga merupakan hak yang di lindungi oleh undang undang dalam bentuk kebebasan berpendapat," ungkap Riski saat di wawancarai oleh awak media di hotel Hermes palace Banda Aceh, Jum'at (09/11/2022).
Senada dengan itu Riski juga mengajak semua pihak untuk beritikad baik terhadap siapapun dalam menyikapi berbagai hal, kedepan adalah musim kompetisi politik, maka lakukanlah langkah langkah yang positif untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat saat berafiliasi di masa pemilu nantinya, jangan mudah menjustifikan atau menghakimi pendapat orang lain apalagi sampai membunuh karakternya, bersainglah dengan cara yang positif dan sehat sehingga kita mampu mewujudkan pemilu yang damai dan penuh keberagaman dalam seni politik nya masing masing, tutup Riski (*)
Social Header